Lawan Demam Berdarah dengan Wolbachia

  • Bagikan
Gedung Kementerian Kesehatan. (Foto: Dok Kemenkes)

JAKARTA, DURASI.co.id – Kasus dengue terbilang masih cukup tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Karenanya perlu langkah dan inovasi untuk menekan penyebarannya, terutama menekan angka kematian.

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerapkan teknologi nyamuk ber-wolbachia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman karena telah melalui proses penelitian yang cukup panjang dengan turut melibatkan banyak ahli.

“Penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia sudah melalui kajian dan analisis risiko dengan melibatkan 25 peneliti top Indonesia, dan hasilnya bagus, sudah diujicobakan di Yogyakarta sekitar 5-6 tahun lalu dan hasilnya sangat menggembirakan” kata Maxi pada Jumat (24/11/2023).

Baca Juga :  Kemenkes Minta Fasyankes Tidak Meresepkan Obat Cair ke Anak

Hasil kajian dan efektivitas ini selanjutnya dikirim ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan akhirnya pada tahun 2021 nyamuk ber-wolbachia direkomendasikan oleh WHO.

Mempertimbangkan hasil yang baik tersebut, Kemenkes selanjutnya memutuskan untuk memperluas area penyebaran nyamuk Wolbachia di lima kota di Indonesia. Kelima kota itu diantaranya Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.

“Kendati telah menunjukkan hasil yang baik, pelaksanaan nyamuk berwolbachia tetap memerlukan monitoring dan evaluasi secara berkala guna mengetahui perkembangan dari penyebaran nyamuk ber-wolbachia,” kata Maxi.

Kemenkes juga telah mengeluarkan Buku Pedoman Penanggulangan Dengue dengan metode nyamuk ber-wolbachia di 5 kota untuk memastikan implementasi wolbachia berjalan baik sesuai dengan penelitian di Yogyakarta.

Baca Juga :  Kapal Pengungsi Rohingya Terdampar di Aceh

Indonesia pada 2023 tercatat ada 76.449 kasus dengue dengan 571 kasus kematian mulai dari Januari-November. Maxi menjelaskan walau kasus ini sudah menurun dibanding tahun lalu tetapi masih ada kasus kematian per tahunnya.

Pada 2022, dilaporkan ada 143.300 dengan 1.236 kematian. Kelompok umur dengan kematian tertinggi pada rentang usia 5-14 tahun.

Teknologi Wolbachia pada prinsipnya memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen serangga.

Bakteri itu selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk aedes aegypti, hingga menetas dan menghasilkan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia. Dengan demikian, perlahan populasi aedes aegypti berkurang dan berganti menjadi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia.

Bila menggigit, nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri wolbachia. (DR)

Baca Juga :  BMKG Prakirakan Cuaca Kota Besar di Indonesia Cerah Berawan
  • Bagikan