Kisah Tuah Keramat Bukit Embun, Sang Juara Pacu Jalur Kuansing

  • Bagikan
Jalur Tuah Keramat Bukit Embun saat bertanding di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, Kuansing. (Foto: Dok Tim Jalur Tuah Keramat)

KUANSING, DURASI.co.id – Festival Pacu Jalur Tradisional 2023 telah sukses digelar. Jalur Tuah Keramat Bukit Embun dari Desa Gumanti, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, berhasil menyabet juara satu.

Jalur bertuah dan keramat dari daerah yang berjuluk “Negeri Para Raja” itu, meluncur hingga akhir perlombaan. Meraih juara wahid setelah mengalahkan Jalur Cakaran Garuda Muda KONI Riau, dari Desa Sungai Pinang, Kecamatan Hulu Kuantan, Kuansing.

Di waktu petang, nyaris senja, puluhan ribu penonton di Tepian Narosa senang bukan kepalang. Mereka bersemangat menjadi saksi kemenangan Jalur Tuah Keramat Bukit Embun. Lajunya sangat kencang, menembus riak gelombang Sungai Kuantan. Melesat seperti anak peluru.

Sebanyak 53 anak jalur (pedayung) Tuah Keramat Bukit Embun bersemangat mengayuh, kompak, dan bertenaga. Menerobos pancang-pancang meninggalkan Jalur Cakaran Garuda Muda KONI Riau. 

Dituturkan Kepala Desa Gumanti bernama Irjon, bahwa tahun ini merupakan pertama kali Jalur Tuah Keramat Bukit Embun bisa meraih piala bergilir Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf). Pada perhelatan pacu jalur sebelumnya, jalur tersebut harus puas menyabet posisi juara ketiga.

“Alhamdulillah tahun ini juara 1. Ini prestasi pertama bagi kami di event pacu jalur. Sebelumnya kami peringkat ke 3. Kalau pertandingan antar-rayon, kami sudah berkali-kali menempati posisi ketiga,” kata Irjon saat diwawancara Media Center Riau, pada pekan ini. 

Baca Juga :  Bupati Bengkalis Lepas Keberangkatan JCH Kecamatan Mandau dan Pinggir

Atas prestasi gemilang yang diraih timnya, pengurus Jalur Tuah Keramat Bukit Embun itu mengaku merasa senang bukan kepalang, berbaur haru. Irjon tak mengira kalau timnya bisa mencapai puncak dan mampu menyingkirkan 192  jalur lainnya. 

“Kalo perasaannya bercampur gitu ya kan, senang, terharu, dan bahagia. Tidak disangka tim Jalur Tuah Keramat Bukit Embun ini bisa mencapai puncak [juara 1],” ungkapnya. 

Perjuangan Tim Jalur Tuah Keramat Bukit Embun

Raihan prestasi yang telah dicapai tim Jalur Tuah Keramat Bukit Embun bukanlah hal yang mudah. Justru telah melalui lika-liku yang panjang. 

Dikisahkan Irjon, Jalur Tuah Keramat Bukit Embun dibentuk dengan tidak secara instan. Namun, prosesnya melalui perjuangan panjang sejak tahun 2019.

Jalur atau sampan panjang itu dibuat dari batang kayu glondongan berbobot besar. Kayu bulat yang digunakan adalah jenis meranti damar hitam asli dari hutan di pedalaman Indragiri Hulu. 

“Tahun 2019 setelah sampan jadi, tim ini langsung dibentuk. Telah banyak sekali perjuangan kami. Untuk sampan saja menggunakan kayu jenis meranti damar hitam. Proses pembuatannya itu sekitar satu bulanan lebih. Kita juga main angsur saja, karena modalnya lumayan besar. Menurunkan kayu dari hutan saja musti menggunakan 4 alat ekskavator,” ungkap Irjon.

Diungkapkan dia, proses kemenangan yang diraih tidak terlepas dari kerja keras dan doa seluruh warga Desa Gumanti. Ditambah lagi dengan teknik membaca strategi. Pihaknya sengaja menurunkan usia anak pacu berusia 17 hingga 47 tahun dengan kesehatan prima. 

Baca Juga :  Danrem 031/WB Kunjungi Bengkalis, Bupati dan Dandim Ucapkan Selamat Datang kepada Rombongan

Bahkan, dua bulan sebelum perlombaan berlangsung, seluruh pedayung sudah mengikuti jadwal latihan yang sangat ketat. Latihan dilaksanakan di Tepian Rengas Sakti, Desa Gumanti. 

Dalam waktu seminggu, sedikitnya ada tiga kali latihan dilakukan. Seluruh tim dari desa setempat dan desa tetangga diwajibkan datang tanpa terkecuali.  

“Dalam segi latihan kendalanya tentu memang ada, tapi kami tetap menerapkan kedisiplinan. Kalau satu minggu itu tidak datang tanpa keterangan ya kita keluarkan langsung,” ucapnya. 

Selama latihan berlangsung, kata Irjon, pihaknya selalu menjaga kondisi fisik para pedayung. Kendati begitu, ia tidak membatasi makanan dan minuman yang dikonsumsi timnya. 

“Makanan tak ada pantangan khusus. Apa saja dimakan yang penting halal. Yang jelas kami sampai di puncak ini tidak lepas dari doa-doa dari masyarakat dan latihan yang ekstra, serta dukungan dari berbagai pihak. Terlebih, kami sampai buat dapur umum, ibaratnya satu kampung itu sudah ada di situ [Tepian Narosa],” Irjon menuturkan. 

Irjon membantah jika timnya mempunyai adikodrati atau ritual-ritual khusus. Namun, dirinya mengakui selama bertanding memang tak bisa dipungkiri ada pula yang menjadi tukang baca-baca doa untuk kemenangan Jalur Tuah Keramat Bukit Embun.

Baca Juga :  Targetkan Juara Umum, PSSI Riau akan Datangkan Bima Sakti Jadi Pelatih

“Yang jelas kalau selama bertanding tukang baca-baca doanya ya ada. Tapi, tetap memohon kepada yang Maha Kuasa juga. Dalam istilahnya kami itu, bagian mistisnya merupakan sebagai langkah saja. Sementara, kalau untuk menguatkan pemain dan melajukan jalur ya itu dengan cara latihan tadi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Irjon menerangkan, untuk peserta Jalur Tuah Keramat Bukit Embun totalnya sebanyak 56 orang. Terbagi dari pemacu atau anak jalur sebanyak 53 orang, anak coki 1 orang, timbo ruang 1 orang, dan tukang onjai 1 orang. 

“Sebenarnya kalau dimuatkan 60 orang bisa saja. Namun, di atas itukan harus ada setelannya, semakin ramai orang kan pasti berat, dan pastinya menjadi lambat dia [jalur] bergerak. Yang terpenting juga berat badan pemain harus kita seleksi,” pungkasnya.

Perhelatan agenda pariwisata Kharisma Event Nusantara (KEN) Pacu Jalur Tradisional digelar pada 23 hingga 27 Agustus lalu. Diikuti oleh 193 jalur atau perahu panjang. Peserta Pacu Jalur berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) dan kabupaten/kota lainnya yang ada di Riau.

Ratusan sponsor dari perusahaan, instansi pemerintah, pejabat, tokoh masyarakat hingga masyarakat biasa, bertaburan menjagokan jalur idolanya. Puluhan ribu manusia tumpah ruah menyaksikan event tahunan ini. Mereka berdatangan dari berbagai daerah di nusantara hingga mancanegara. (Habib Ali/mcr)

  • Bagikan