PEKANBARU, DURASI.co.id – Di tengah pandemi Covid-19, berbagai kreatifitas masyarakat muncul untuk menciptakan hand sanitizer yang ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan eco enzyme yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak).
Eco enzyme sendiri merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula yang terdiri dari gula coklat, gula merah atau gula tebu, serta air. Produk eco enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat.
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) Rina Novia Yanti mengungkapkan bahwa ia bersama timnya yaitu Hanifa Ikhsani dan Ika Lestari menciptakan inovasi ini dari penelitian Dr Rasukon Poopavong dari Thailand untuk kemudian diadopsi di Riau.
“Hand sanitizer dari eco enzyme ini manfaatnya sama dengan hand sanitizer lainnya, namun yang membedakannya adalah tata cara pembuatannya dan memanfaatkan limbah kulit buah-buahan,” katanya saat di wawancara via telepon, Minggu (22/8/2021).
Ia menyebutkan, bahan-bahan yang diperlukan membuat hand sanitizer ramah lingkungan ini adalah limbah buah-buahan, seperti sisa jeruk atau kulit jeruk, kulit buah pepaya, melon, semangka, dan lain-lain, Kemudian juga gula merah untuk mempercepat pembusukan dan air bersih.
Sebut Rina, proses pembuatan hand sanitizer ini untuk 300 gram kulit buah diperlukan satu liter air bersih, dan 100 gram gula merah. Jika jumlahnya lebih, maka tinggal dikalikan kelipatannya, kemudian kulit buah dicacah kecil-kecil dan akan lebih baik jika diblender.
Sementara itu, gula merah juga dicacah, dan selanjutnya, gula merah dicampur dengan air yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian kulit buah yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam air tersebut. Setelah itu, aduk-aduk dan pastikan wadah ditutup dengan rapat agar tidak ada udara yang masuk.
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini menerangkan, fermentasi kulit buah ini memakan waktu hingga tiga bulan, dan wadahnya dibuka hingga tiga kali, yaitu setelah satu minggu pertama, setelah satu bulan pertama, dan ketika masa panen.
“Setelah seminggu kita buka dan aduk-aduk lagi, biarkan terbuka sampai 15 menit, kemudian tutup lagi dengan rapat. Begitu juga setelah satu bulan,” ujarnya.
Rina menjelaskan, pembuatan eco enzyme akan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Baik bahan-bahan dan proses pembuatannya sangat minim bahan kimia atau zero kimia. Selain itu, fermentasi eco enzyme akan menghasilkan gas ozon (O3) sehingga meningkatkan lapisan ozon di atmosfer.
Kemudian fermentasi ini akan menimbulkan penyelamatan lingkungan, dimana selama proses fermentasi ada gas O3 dan bisa meningkatkan jumlah ozon dan gas ini akan keluar ketika membuka wadah fermentasi.
“Untuk menyimpan wadah fermentasi tersebut di tempat yang tidak terkena matahari secara langsung, dan jauh dari tong sampah, setelah tiga bulan, eco enzyme siap untuk dipanen,” sebutnya.
Cara panennya juga cukup mudah, tinggal siapkan saringan untuk memisahkan ampas kulit buah dengan cairannya, selanjutnya cairan tersebut dimanfaatkan untuk pembuatan hand sanitizer, sedangkan ampas kulit buah bisa dijadikan pupuk.
“Untuk hand sanitizer dari eco enzyme, campur 100 ml eco enzyme dengan 400 ml air bersih. Perbandingannya 1:4, setelah itu bisa digunakan untuk hand sanitizer,” tambahnya.
Rina menyampaikan hampir semua kulit buah bisa dijadikan eco enzyme. Namun ia mengingatkan untuk menghindari buah-buahan seperti durian, dan menghindari kulit buah yang sifatnya kering seperti salak.
Aroma hand sanitizer juga bergantung pada bahan yang digunakan. Agar tercipta aroma segar, ia menyarankan untuk menggunakan lebih banyak kulit jeruk dan ditambah dengan daun serai dan kulit nanas juga disarankan untuk memberikan aroma yang segar.
Dengan kampus yang memiliki bank sampah, ia bersama timnya memproduksi eco enzyme yang dibagi-bagikan kepada sesama dosen Unilak. Selain itu, ia juga membina masyarakat di Bank Sampah Limbungan untuk dapat memanfaatkan eco enzyme dan membuatnya memiliki nilai dari sisi ekonomi.
“Nanti bulan September kita panen, dan akan kami bikin kemasan yang bagus, kami mengajarkan kepada masyarakat, dan kalau bisa dipasarkan,” ungkapnya.
Rina berharap, hadirnya produk-produk dari eco enzyme ini dapat membantu perekonomian masyarakat, dimulai dari rumah tangga masing-masing. Dijelaskannya, eco enzyme tidak hanya bisa digunakan untuk hand sanitizer, tapi juga untuk produk kebersihan lainnya.
“Jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menekan biaya pembelian sabun, produk pembersih lantai, dan lain-lain. Kami berharap, bisa menyejahterakan keluarga dan masyarakat,” pungkasnya.