Assyfa Gadis Kecil Penderita Kanker Kelopak Mata Yang Membutuhkan Uluran Tangan

  • Bagikan
Assyifa, gadis kecil penderita kanker mata. (Ist)

JAKARTA, DURASI.co.id – Kanker mata atau biasa disebut dengan kanker okular merupakan kondisi medis berupa berkembangnya sel abnormal pada jaringan mata. Perkembangan sel abnormal ini bisa menyerang area organ mata, meliputi retina, uvea, sklera, kelopak mata, hingga kelenjar air mata.

Hal inilah yang kini diderita oleh Assyfa seorang gadis kecil berusia 10 tahun penderita kanker kelopak mata yang beralamat di Kampung Garon Tengah, Desa Setia Laksana, Kecamatan Cabang Bungin.

Hingga awak media datang berkunjung pada Kamis (26/11/2023), untuk memastikan dan memperoleh keterangan terkait penyakit yang diderita Assyfa.

“Berawal dari rasa gatal yang dikeluhkan Assyfa, mulanya dianggap hal yang biasa namun keesokan harinya mata Asyifa mulai membengkak, dianggap sakit mata biasa, saya hanya membawa Assyfa ke klinik,” papar Siti Nurhalimah, ibunda Asyifa.

Baca Juga :  JakLingko Indonesia Kembangkan Integrasi Sistem Pembayaran hingga Jawa Barat

“Namun kondisi matanya tidak membaik, justru terlihat benjolannya semakin membesar, hingga saya memutuskan untuk membawanya ke Puskesmas terdekat, saya tidak menyangka Assyfa dirujuk ke RS Babelan, dan ternyata RS Babelan kembali merujuk Asyifa Ke RSCM Jakarta,” tambahnya.

Jahrudin, ayahanda Assyfa menambahkan, proses pengobatan masih terus dilakukan secara kontinyu, sambil menunggu hasil biopsi yang belum juga keluar, padahal sudah berproses dan masuk pada tanggal 22 September 2023, lalu biopsi dilakukan pada 26 september 2023 sampai tanggal 27 oktober hingga saat ini masih juga belum ada hasil dari RSCM Jakarta Pusat.

Saat ini Assyfa membutuhkan uluran tangan para dermawan untuk menopang proses pengobatan yang sedang berjalan. Kondisi perekonomian keluarganya yang cukup memprihatinkan karena Jahrudin hanya seorang pekerja serabutan, sementara transportasi yang harus dikeluarkan lumayan mahal karena jarak tempuh dari rumahnya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang cukup jauh.

Baca Juga :  Temuan BPK di Dinas PUPR Kabupaten Bogor, Aktivis: Jika 60 Hari Tak Diselesaikan Akan Diteruskan ke APH

“Terkadang saya harus membayar mobil ambulance yang saya gunakan hingga Rp 600 ribu, dan itu harus karena mengingat kondisi anak saya yang tidak bisa naik kendaraan umum,” ujar Jahrudin. (Zef)

  • Bagikan